Foto : Bupati Malang saat berkunjung ke lawang |
Alpukat pameling ini mulai berkibar dan kembali mendapat respon pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Di bawah pimpinan Bupati Malang Sanusi, alpukat ini pun mulai kembali mendapat pendampingan serius melalui Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) di bawah komando Budiar Anwar.
Beberapa kali Bupati Malang, HM Sanusi mengunjungi Wonorejo, Lawang, dalam menguatkan sekaligus memberikan dorongan penuh atas keberadaan alpukat Pameling yang merupakan salah satu varietas unggulan itu. Begitu pula dari DTPHP Kabupaten Malang pun mulai intensif memberikan berbagai pendampingan.
Hasilnya, alpukat Pameling kini telah terbang ke berbagai daerah di Indonesia hingga menuju Eropa. Alpukat Pameling bersaing memperebutkan pasar buah di berbagai negara, salah satunya adalah Swiss yang telah merasakan lezat dan sehatnya buah dengan manfaat tinggi bagi kesehatan manusia ini.
Bupati Malang, HM Sanusi saat kembali berkunjung ke kebun alpukat Wonorejo seluas 100 hektar yang dikelola oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) Nakulo, mengatakan bahwa alpukat pameling telah diakui dieropa.
"Alpukat Pameling telah diakui Eropa, khususnya negara Swiss. Ini tentunya kami apresiasi tinggi dan menunjukkan bahwa Kabupaten Malang kaya dengan berbagai tumbuhan yang diminati mancanegara," ujarnya.
Diminatinya alpukat Pameling yang secara bentuk dan rasa berbeda dengan jenis lainnya itu oleh pasar Swiss. Membuat Pemkab Malang memacu komoditas ini menjadi lebih baik lagi dalam paska panennya.
HM Sanusi meminta agar DTPHP Kabupaten Malang untuk intensif memberikan dampingan dalam menerapkan SL Good Handling Practices (GHP) buah. Yakni, pedoman umum dalam melaksanakan pasca panen hortikultura secara baik dan benar sehingga kehilangan dan kerusakan hasil dapat ditekan seminimal mungkin untuk menghasilkan produk yang bermutu atau memenuhi standar mutu yang berlaku seperti standar nasional Indonesia (SNI).
"Secara bentuk dan rasa telah memenuhi dibandingkan jenis alpukat lainnya. Ukuran lebih besar, rasa lebih enak dan punel. Tapi secara produksi memang masih belum mencukupi permintaan pasar luar negeri seperti Swiss," ujarnya.
Permintaan alpukat Pameling Lawang bisa mencapai 100 ton per bulannya, khusus untuk pasar Swiss saja. Sedangkan, untuk satu pohon menghasilkan kurang lebih 250 kilogram (kg) dengan berat per buah bisa mencapai 2 kg. Untuk panen, alpukat Pameling bisa berbuah dua kali dalam setahun, yaitu musim rojo di bulan Juni dan saat musim apit di bulan Desember.
Bupati Malang mengatakan bahwa dari hasil produksi itu, ternyata permintaan pasar dalam dan luar negeri, masih belum bisa dipenuhi.
"Pemasarannya bagus, tak sulit. Hanya jumlah produksi masih kurang banyak sehingga belum bisa terpenuhi semuanya. Ini tentu butuh pemikiran ke depannya, baik untuk memenuhi ekspor hingga pengembangan di dalam daerah sendiri," urainya
Bupati Malang juga berharap banyak kebun alpukat Pameling Wonorejo, Lawang, bisa juga dikembangkan menjadi wisata edukasi dan petik alpukat.
Sementara itu, Budiar Anwar Kepala DTPHP Kabupaten Malang, menyampaikan, dengan semakin populernya jenis buah lain seperti alpukat Pameling akan membuat sektor perkebunan semakin bergairah. Eksesnya adalah adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Malang sebagai bagian dari program strategis yang habis di awal tahun 2021.
"Dengan diminatinya alpukat Pameling Lawang oleh pasar Eropa, akan semakin membuka peluang di sektor perkebunan. Ini juga semakin memantapkan Kabupaten Malang tak hanya punya apel atau jeruk saja, tapi juga ada alpukat unggulan," pungkasnya. (*)
Posting Komentar