Foto : M. Iksan, pengasuh Padepokan Cinta Tanah Air |
M. Iksan, pengasuh Padepokan Cinta Tanah Air mengatakan, bahwa Imlek merupakan hadiah dari nenek moyang yang wajib dilestarikan bagi warga Tionghoa dimanapun berada tak terkecuali bagi warga Tionghoa di Indonesia.
"Kebersamaan dan tradisi kebaikan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.
M. Iksan mengatakan bahwa Imlek harus dimaknai dan dijadikan momentum persatuan. Tidak hanya untuk etnis Tionghoa, melainkan persatuan sesama warga Indonesia.
"Intinya, kita harus berbuat kebaikan kepada sesama. Karena, kita ini seperti tubuh, satu anggota tubuh sakit, yang lain merasakan dan harus ikut membantu," ujarnya.
Iksan menambahkan bahwa dalam konsep kebangsaan Gus Dur tak ada yang namanya pribumi dan nonpribumi. Dikotomi semacam itu adalah kesalahan dan gara-gara itu komunitas Cina dinafikan dari nasionalisme Indonesia.
"Bagi Gus Dur tak ada yang namanya “keturunan masyarakat asli” di Indonesia, karena bangsa Indonesia dibentuk oleh perpaduan tiga ras, yakni Melayu, Astro-melanesia, dan Cina. Gus Dur sendiri mengatakan dirinya adalah keturunan blasteran Cina dan Arab", ujarnya.
M. Iksan mengajak semua keluarga etnis Tionghoa, untuk berbuat kebaikan kepada sesama tak terbatas oleh sekat-sekat suku, bangsa, ras maupun agama.
Gong Xi Fa Cai, damai lah Indonesia ku, tetap bersatu dalam bingkai NKRI dengan memegang teguh Pancasila. (*)
Posting Komentar