Foto : Wakapolres Malang membuka lomba pidato kebangsaan dalam rangka peringati hari santri nasional |
Lomba Pidato Kebangsaan ditempatkan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fuqoha Desa Gampingan, Kecamatan Pagak.
Lomba pidato yang memperebutkan Piala Kapolres Malang ini diikuti oleh 37 orang peserta.
Wakapolres Malang, Kompol Anggun Dedy S, saat membuka lomba mengatakan bahwa, Indonesia adalah negara besar yang sangat majemuk dengan keaneka ragaman suku dan bahasa. Karenanya sangat penting bagi seluruh masyarakat Indonesia, menjaganya dalam bingkai kebhinekaan.
"Banyak sekarang karena perbedaan pandangan politik sampai bermusuhan. Perbedaan yang terjadi itu, harus selesai dengan dilantiknya Presiden terpilih dan masyarakat berkewajiban untuk mendukung penuh semua program pemerintah," ujarnya.
Lebih lanjut, Kompol Anggun Dedy S, mengatakan bahwa dengan maraknya aksi teror akhir-akhir ini, dia berpesan harus bersama-sama menangkal terorisme dan paham radikalisme. Salah satunya dengan kewaspadaan diri setiap orang, serta mewajibkan setiap tamu atau orang baru yang ada di daerahnya melapor kepihak desa setempat.
"Kejadian yang menimpa Menkopolhukam merupakan cara modus baru teroris dalam melakukan aksinya. Karenanya harus diwaspadai terutama setiap ada orang baru yang mencurigakan dan harus dilaporkan kepada pihak aparat setempat," tegasnya.
Rois Suriah PCNU Kabupaten Malang, KH Fahdol Hijah, mengatakan bahwa lomba Pidato Kebangsaan ini sangat bagus. Terutama bagi generasi muda penerus bangsa. Karena dengan lomba ini, akan terus mengingatkan perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan. Termasuk perjuangan guru besar Nahdlatul Utama.
"Sebagai warga NU mari terus bersama-sama berjuang menjaga kebhinekaan dalam berbangsa dan bernegara," ujarnya.
Ketua MUI Kabupaten Malang ini, juga menambahkan dengan telah disahkan Undang-undang tentang Pesantren maka akan sangat membantu Ponpes yang ada di Indonesia. Karena dengan UU tersebut, membantu pesantren dalam mengembangkan diri serta memberikan kepastian pendidikan kepesantrenan.
Sementara itu, Gus Hanim Hudori, Direktur Aswaja Center Malang, mengatakan bahwa ngaji kebangsaan itu artinya mempelajari ilmu dari ulama. Bab kebangsaan disebut sebagai perpaduan dan keseimbangan antara pelajaran agama dan kebangsaan.
"Ajaran islam tidak mengajarkan kekerasan dan paham radikal dalam menjalankan agamanya. Ketika ada orang di luar sana selalu menganut paham kekerasan, maka itu bukan orang Islam sesungguhnya," pungkasnya.
Posting Komentar